Oleh : M. Nuzul Nurulhuda, S.Kom.I.
AGAR aktivitas yang kita lakukan bernilai ibadah, pekerjaan yang dijalani harus merupakan pekerjaan atau amal yang baik, bukan pekerjaan atau amal yang jelek. Bahkan apabila kita berniat melakukan kebaikan namun tidak jadi melakukannya, maka satu kebaikan di hadapan Allah SWT dan sepuluh kebaikan bahkan sampai tujuh ratus kali lipat, bila niat baik tersebut dilaksanakan.
Setiap hari bahkan mungkin setiap waktu, kita selalu berharap semua aktivitas serta rutinitas kita bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Untuk itu, awali semuanya dengan niat yang lurus agar apa yang kita lakukan mendapat nilai ibadah di hadapan-Nya. Sebab niat merupakan roh dalam aktivitas ibadah kita, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang diriwayatkan Umar bin Khathab RA, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi setiap orang apa yang telah ia niatkan." (Sahih Muslim)
Sebaliknya, jika niat kita melakukan pekerjaan jelek dan kita melakukan hal tersebut, maka menjadi satu kejelekan di hadapan Allah SWT.
Hadis riwayat Ibnu Abbas RA, dari Rasulullah SAW tentang apa yang diriwayatkan dari Allah Taala bahwa Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan." Kemudian Rasulullah menerangkan, barang siapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang sangat banyak.
Kalau ia berniat melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan. (Sahih Muslim)
Namun timbul pertanyaan, apakah setiap pekerjaan atau amal baik yang kita lakukan akan selalu mendapatkan pahala di hadapan Allah SWT? Amal atau pekerjaan baik yang kita lakukan seperti sedekah, salat, kurban, dan sebagainya jika dilakukan dengan harapan ingin dipuji oleh orang lain, maka amalan tersebut tidak akan mendapatkan pahala di hadapan Allah SWT.
Dengan kata lain, dikarenakan amal baik tersebut dilakukan dengan dibarengi rasa sombong, riya atau sum'ah (ujub/mencari popularitas/kagum pada diri sendiri).
Jadi, hendaklah setiap amal baik itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata hanya karena Allah saja. Amalan yang akan diterima oleh Allah adalah amal baik yang dilandasi dengan keikhlasan. Allah berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus" (Al-Bayyinah : 5).
Amal baik yang ikhlas berarti amal baik tersebut dilaksanakan murni hanya karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji serta dibanggakan orang lain. Untuk itu, lakukan setiap pekerjaan dan amal atau pekerjaan dengan niat ikhlas hanya mengharapkan rida Allah semata. Sehingga amalan yang kita lakukan tidak sia-sia dan Allah akan memberikan balasan pahala yang sesuai dengan amalan yang kita lakukan.